Pohon-pohon berdiri culas di sisi-sisi jalan. Kunang-kunang menyelisik di antara dedaunan. Cahayanya berwarna hijau, merelap-relap di antara jaring-jaring biru–yang berkelindan di dahan-dahan–yang susah payah dirajut laba-laba merah.
Oknumisasi dan Pengecutnya Jurnalistik Kita
Tatkala bekerja, semua perbuatannya adalah konstitusional. Sekali menyimpang, oknum yang disalahkan. Seolah-olah apa yang dilakukannya, sebagai oknum, tidak ada sangkut pautnya dengan jabatan, instansi, maupun lembaganya. Biar dunia dijungkirbalikan, kejora diubrak-abrik, keserampangan dan penyelewengan oknum harus dipisahkan dari lembaganya yang maha-sadik lagi maha-nirmala.
Protected: Kepada kamu dengan dan atau tanpa konteks apapun
There is no excerpt because this is a protected post.
Pop Kemarin Berbeda dengan Pop Hari Ini
Pop hari ini berbeda dengan pop kemarin. Pop kemarin bukan lagi pop hari ini. Bermula dari major label WMI yang memungut Kangen Band dari lembah bajakan di Sumatra, hingga munculah band-band dengan warna serupa, dan gelombang pop yang baru pun dimulai. Gelombang musik pop di Indonesia, barangkali dimulai dengan melejitnya KLa Project pada debut mereka di tahun 1988, sebelum akhirnya didominasi Nike Ardilla, yang datang membawa “Bintang Kehidupan”, yang terjual hingga 2.000.000 unit di awal 1990-an. Lalu disusul Dewa, Slank, dan Gigi yang perlahan berubah menjadi band besar, beberangan dengan Krisdayanti, Titi DJ, dan Ruth Sahanaya, yang kemudian dijuluki […]
“Squid Game” yang Buruk dan Pujian yang Berlebihan
Protagonis yang labil, plot holes di mana-mana, kontinuitas yang berantakan, plot yang mudah ditebak sejak awal, hingga twist yang stereotype, menempatkan Squid Game dalam jajaran film (series) yang buruk.