Kudengar kamu pecinta hujan
Tatkala ia datang
Kulihat kamu berjalan di bawah payungmu semalam
Katanya kamu penikmat hujan
Tatkala ia tiba
Kulihat kamu membeku di bawah tenda
Menggigil hebat
Mengumpat keras kepadanya
Kabarnya kamu penggila hujan
Tatkala ia menyulut
Kamu sembunyi di bawah selimut
Dingin, katamu
Aku tidak ingin flu, katamu juga
Kamu bilang kamu pecandu hujan
Nanti bagimana bila musim kering datang?
Aku takut kamu sakau
Lalu berteriak-teriak di tanah lapang
Memanggil hujan
Seperti orang kesurupan
Kamu bilang, kamu suka aroma tanah yang dibasahi hujan
Sedang rumahmu dimarmer
Berandanya dipasangi keramik-keramik yang mengkilap
Dan jalan-jalan setapak ditutup aspal sampai rapat
Lalu bagaimana bisa kamu menghirup aromanya?
Setiap kali gerimis
Orang-orang mendadak jadi puitis
Menghidupkan para plegmatis
Meredupkan si korelis
Setiap kali mendung
Orang-orang mendadak butuh pelindung
Seolah-olah tak bisa kabur
Seakan-akan harus kabur
Setiap kali hujan
Lahirlah pujangga-pujangga baru
Yang tiba-tiba sedang merindu
Sendu, haru
Mendayu-dayu
Menderu-deru
Tak jauh-jauh dari situ
Satu kali hujan
Satu bait sajak
Seberapa lama hujan menyerang
Seberapa dalam pula kerinduan bersarang
Katanya kamu pecinta hujan
Tatkala ia datang
Kamu menjadi pujangga
Musiman
Comments: no replies