Baca episode sebelumnya > The Fabulous Ella – Eps. 01
Ella terbangun dari tidurnya di dalam sumur yang baru selesai ia buat. Lalu terdengar kabar bahwa ada sebuah undangan pesta dari istana untuk semua gadis di desa. Gadis yang beruntung dapat menikah dengan Pangeran yang sangat tampan.
Ibu dan kedua kakak tiri Ella, sangat senang mendengar kabar tersebut, Ella pun demikian. Sayangnya, Ella masih terjebak di dalam sumur. Ia tak mungkin pergi ke pesta bila tak keluar dari sumur segera.
“Ibuuuuu… Kakak…. Tolong Aku…” Teriak Ella dari dalam sumur.
“Ibuuuu… Bantu aku keluar… Aku juga ingin pergi ke pesta…” Suara Ella menggema, ia terus berteriak minta tolong pada ibu dan saudari tirinya. Namun tak ada jawaban meski suara Ella hampir habis. Sepertinya Ella terlambat, mereka telah pergi ke istana tanpa Ella. Hal itu membuat Ella murung dan sedih.
Ella berharap sesuatu menolongnya dan ia bisa pergi ke istana mengenakan gaun yang indah. Tapi tak ada yang bisa dilakukan. Ella hanya duduk termenung di dalam sumur yang gelap dan pengap. Sambil mengenang Ibunya yang menghilang dalam perjalan ke rumah nenek Ella, atau mengingat senyum ayahnya sebelum beliau pergi berburu.
Ella bersandar. Air matanya menetes. Hatinya berantakan, seperti sepatu kaca yang dilindas Optimus Prime, hancur, menjadi serpihan-serpihan kecil, lalu terbang terbawa angin dan mendarat di banyak tempat.
Tiba-tiba, muncul cahaya terang dari atas sumur. Ella melihat ke atas, cahaya itu makin terang dan terus mendekat. Ella menatapnya ketakutan, sambil berharap dalam hati hal buruk tak terjadi.
Ella tersentak melihat sosok wanita seukuran botol fanta, memiliki sayap dan bercahaya, terbang tepat di depannya.
“Hai, Ella.” Ella menatap kebingungan. “Aku Peri Gigi.” Lanjutnya, terbang mengitari Ella.
Harapan Ella terjawab, namun karena Ella tidak berharap secara spesifik, maka yang datang membantunya adalah Peri. Peri Gigi.
“Oh, apa kau nyata?” Tanya Ella.
“Tentu saja. Kau sedang melihatku sekarang. Aku nyata.” Jawab Peri Gigi.
“Bagimana kau bisa kemari?” Tanya Ella lagi.
“Tentu saja untuk membantumu.” Tersenyum, “Jangan banyak bertanya, ayo kita keluar dari sumur ini.”
Peri gigi menggoyangkan tongkatnya ke arah Ella, lalu keluar kerlip-kerlip dari tubuh Ella, dan Ella melayang keluar dari sumur bersama Peri gigi.
“Sekarang, apa kau ingin pergi ke pesta?” Tanya peri gigi, sambil menatap Ella yang lusuh.
“Iya, aku sangat ingin.” Jawab Ella, bersemangat.
“Ke mana?” Tanya peri gigi, memastikan.
“Ke pesta.” Jawab Ella, meyakinkan.
“Ke mana?”
“Ke pesta!”
“Ke mana?”
“Ke pesta!”
“Lebih keras!”
“Ke pesta!!”
“Sekali lagi!!”
“Ke pesta!!!”
“Baiklah,” kata peri gigi, kelelahan. “Aku akan membantumu pergi ke pesta.” Lanjutnya, sambil membasuh keringat di dahinya.
Ella kelelahan, suaranya serak karena berteriak, namun Ella tetap tersenyum lebar. Ia terlihat begitu senang dan bersemangat. Dalam benaknya, apapun ia lakukan asal ia bisa pergi ke pesta dan bertemu pangeran.
“Jadi apa yang harus aku lakukan, Ibu peri???”
“Hei, aku belum menikah. Panggil Mbak saja!”
“Ups. Oke, Mbak peri.”
“Sekarang, berikan aku dua gigi taringmu, dua gigi serimu, dan satu gigi grahammu.”
“Tapi, Mbak Peri…” Ujar Ella, menatap peri gigi kebingungan.
“Lakukan saja. Percayakan padaku.” Kata peri gigi, berusaha meyakinkan Ella sambil menatapnya dalam. Hingga mata mereka bertemu. Cukup lama. Tatapan keduanya dalam, dan semakin lama semakin dalam.
‘BRAAAAK’ Satu ekor kelinci jatuh dari langit tiba-tiba. Mengagetkan mereka.
“Haah… sepertinya dia tertembak. Kasihan sekali kelinci ini.” Ella mengambil kelinci tersebut dan segera membalut lukanya.
“Mungkin kelinci ini sedang menuju jalan pulang, namun karena hari sudah gelap, ia jadi tak bisa melewati jalur darat. Sayangnya, burung yang ia tumpangi menjadi incaran pemburu, dan malah dia yang tertembak.” Kata peri gigi, panjang lebar, sambil menganggukan kepalanya pelan.
“Hem.. benar juga.” Kata Ella, menganggukan kepalanya juga.
‘ARGHHH!!!’ Teriak Ella saat mencabut gigi serinya dengan tangannya sendiri. Teriakannya begitu keras, hingga nyaris membangunkan Neptunus yang ketiduran di danau di ujung desa.
“Kenapa tidak kau cabutkan gigiku dengan sihirmu saja?” tanya Ella sambil memegang gigi serinya yang telah berhasil ia cabut.
“Tidak bisa. Kamu bukan di negeri dongeng. Meski aku membantumu, namun ada hal-hal yang harus kau usahakan sendiri.”
“Baiklah, aku mengerti.” Wajahnya menunduk. Matanya gelap tertutup siluet pohon-pohon dari cahaya bulan yang nyaris purnama.
‘ARGHHH!!!’
‘ARGHHH!!!’
Ella mencabut giginya sesuai dengan permintaan peri gigi. Rasanya sakit. Ia terus saja berteriak tiap kali menariknya. Namun, ia tak mau bila harus terjebak di rumah dan menjadi babu lagi, maka ia berusaha dan berharap bisa bertemu pangeran, lalu dinikahinya.
Gigi Ella sudah selesai tercabut. Sesuai dengan permintaan peri gigi, dua gigi taring, dua gigi seri, dan satu gigi graham. Gigi tersebut tergeletak di tanah. Kemudian, peri gigi mula-mula mengayunkan tongkatnya ke arah gigi taring Ella, lalu munculah kerlip-kerlip kecil. Satu gigi taring berubah menjadi gaun putih yang indah, lengkap dengan pernik yang menghiasinya.
Kini Ella telah mengenakan gaun tersebut yang dengan sihir peri gigi, membuatnya terpasang sendiri di tubuh Ella. Selanjutnya, peri gigi menyihir gigi taring yang satunya lagi. Maka, Ella yang lusuh dan berkeringat kini telah menjadi bersih, bersama dengan make-up yang indah melekati wajahnya, yang membuat bibir Ella merah merekah, juga kedua pipinya yang berwarna putih kemerahan, dan bulu matanya yang lentik, membuatnya nampak sangat cantik.
“Tunggu Mbak Peri!” Ujar Ella tiba-tiba. “Apa alisku tidak bisa dibuat lebih tebat lagi?” tanya Ella sambil berkaca pada genangan air di selokan.
“Aku tidak bisa.” Peri gigi menghentikan ayunan tongkatnya, “Menggambar alis itu butuh waktu berjam-jam. Kamu bisa terlambat datang ke pesta.”
“Ups. Baiklah.”
Peri gigi kembali mengayunkan tongkatnya. Kemudian, dua gigi seri yang tergeletak di tanah, berubah menjadi dua buah sepatu kaca yang sangat manis di kaki Ella. Terakhir, satu gigi graham di sihir dan berubah menjadi sebuah mobil putih berkilau yang siap di tumpangi Ella.
Ibu peri melihat kelinci yang terluka tadi. Lalu ia menyihirnya. Kelinci tersebut pun sembuh dan menjadi enam ekor. Kemudian enam ekor kelinci tersebut masuk ke dalam mesin mobil. Empat ekor berlari di atas gir yang meggerakan ban mobil, dan dua ekor sisanya menunggu sebagai cadangan bila kelinci yang lain kelelahan. Maka, siaplah sebuah mobil putih bertenaga kelinci.
“WOY!!” Ujar peri gigi, mengagetkan Ella yang sedari tadi diam dengan mulut menganga.
“Ah, kau hebat sekali, Mbak peri. Terima kasih.” Kata Ella, masuk ke dalam mobil.
“Tunggu dulu, ingatlah satu hal.”
“Apa itu??”
“Pulanglah sebelum pukul 12 malam. Karena saat tepat tengah malam, sihir ini akan hilang, dan seluruhnya akan menjadi gigi yang terpasang di mulutmu kembali.
“Baiklah! Aku akan mengingatnya.” Kata Ella tersenyum lebar dengan beberapa giginya yang hilang.
“Hei, saat di istana kau tak boleh membuka mulut. Lihat itu, kau ompong! Jangan bicara. Ttaplah tersenyum di depan orang-orang dan pangeran. Bila tidak, mereka akan mengejekmu terus-terusan.”
“Hmm…” Ella tersenyum di depan peri gigi. Lalu mobilnya pergi melaju menuju istana.
“Anak muda sekarang, di kasih tahu malah nyelenong aja.” Kata peri gigi, bicara sendiri, sambil melihat mobil yang di tumpangi Ella melaju cepat menyusuri jalanan desa.
Bersambung…
Baca episode selanjutnya > The Fabulous Ella – Eps. 03
Comments: no replies