Kepada oksigen dari setiap tarikan napasnya
Terima kasih karena tetap bersih
Lalu tinggal di lingkup harinya
Dan bersedia terhirup oleh indranya
Berselancar di sepanjang rongga
Bersemayan di dalam celah-celah
Menemani detik-detik dahaga
Menuntun sejauh kaki melangkah
Mengayun-ayun di daun telinga
Melambai-lambai di atas kepala
Memanggil lembut di setiap waktu
Menggelayut sendu di setiap sabtu
Kepada oksigen dari setiap tarikan napasnya
Tenanglah,
Ini bukan sajak mereka
Yang selalu berharap menjadi laut
Atau senja
Atau hujan
Atau juga buih-buih embun,
Yang bening di atas daun
Ini bukan puisi orang-orang itu
Yang selalu ingin menjadi bintang-bintang
Atau rembulan
Atau matahari
Atau menjadi terang,
Seterang cahaya ketiganya
Aku ingin tetap menjadi manusia
Dan sama sekali tidak terbesit
untuk berubah menjadi bagian lain dari semesta
Apalagi menjadi oksigen
Karena ini sajakku
Puisiku
Buah pikiran dari benak terdalamku
Maka,
Kepada oksigen dari setiap tarikan napasnya
Aku harap bisa terus menghirupmu bersamanya
Pada ruang yang sama
Pada waktu yang sama
Pada suhu yang sama
Pada kelembapan yang sama
Pada pijakan yang sama
Pada langit-langit yang sama
Aku harap bisa terus merasakanmu bersamanya
Di segala cuaca dan suasana
Di setiap himpitan dan tekanan
Di berbagai kobaran dan luapan
Di saat bahagia dan tertawa
Di kala tangis dan sinis
Di beragam eksperesi dan esensi
Aku harap bisa terus menyerapmu bersamanya
Tatkala malam dan kelam
Tatkala suram dan seram
Tatkala gelap dan pekat
Tatkala sunyi dan sepi
Tatkala bising dan pusing
Tatkala biru dan merah jambu
Aku harap bisa terus bersamamu bersamanya
Jakarta, 10 september 2016
Sambil menghirup oksigen, di bawah alunan manis Here in your arms-nya Hellogoodbye.
Tidak berharap menjadi laut, senja, atau pun hujan, dan sangat bersyukur menjadi manusia.
Comments: no replies