Film Nanook of the North (1922), karya Robert Flaherty, disebut-sebut sebagai tonggak awal kemunculan film dokumenter.
Filmnya sendiri menggambarkan kehidupan seorang Eskimo bernama Nanook di wilayah Kutub Utara. Menyajikan aktifitas keseharian Nanook beserta istri dan putranya, seperti berburu, makan, tidur, dan sebagainya.
Yang menjadi benang merah dalam film ini sendiri adalah bagaimana seorang kepala keluarga yang berjuang menghidupkan keluarganya, di tengah lingkungan yang tak ramah, Kutub Utara.
Di awal film, penonton akan melihat hembusan angin yang tidak stabil di atas lanskap yang sepi, yang didominasi laut dan beberapa bongkah salju di atasnya. Nanook dan keluarganya menjadi bintik hitam kecil yang nyaris tidak terlihat dalam bingkai putih besar itu. Flaherty tidak hanya menggambarkan manusia sebagai bagian dari lingkungannya, tapi juga menekankan bagaimana perasaan manusia yang tidak berdaya di tengah ketidakpedulian terhadap alam.
Pada saat bersamaan, rangkaian perburuan dan perayaan membuat Nanook sebagai orang yang cerdas dan tangguh. Perjuangan melawan unsur-unsur alam yang keras demi menghidupkan keluarganya. Dengan cara ini, Flaherty membuat Nanook menjadi tokoh heroik.
Perjuangan manusia untuk bertahan di lingkungan yang suram ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan dramatis film ini.
Comments: no replies