The Fabulous Timmy
Selayaknya super hero di bayangan banyak orang, Timmy berpakaian serba merah, dengan jubah yang menggantung di punggung, dan topeng yang menutupi separuh wajahnya. Pakaiannya yang cukup ketat, membuat tubuhnya tampak semakin kurus.
Kepala Timmy menengadah, matanya mendadak ciut melihat matahari mengintip dari sela-sela pepohonan yang tinggi menjulang.
“Terik. Mungkin ini sudah siang,” gumamnya. Ia pun melanjutkan kembali perjalanannya mencari jalan keluar dari hutan.
Timmy tak mengenal hutan ini. Sebelumnya, ia hanya mengikuti instingnya berkelana mencari orang-orang yang membutuhkan bantuan. Namun, tak terasa langkahnya cukup jauh dan membuatnya terjebak di dalam hutan.
Langkah Timmy terhenti melihat seekor serigala, yang berdiam di depannya dalam posisi menerkam. Timmy mundur perlahan. Bukan tanpa alasan ia memilih hidup sebagai superhero. Sejak kecil ia sudah memiliki jiwa sosial yang tinggi, dan diajarkan tolong menolong serta berbaik hati pada sesama. Setelah kedua orang tuanya dibunuh oleh kawanan perampok di depan matanya sendiri, ia pun bertekad menjadi super hero dan membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan, serta melenyapkan kejahatan dari Bumi. Timmy berlari tergesa-gesa dikejar seekor serigala. Meski ia menyebut dirinya sebagai superhero, namun ia tahu, ia hanyalah laki-laki berusia 25 tahun yang penakut, canggung, bertubuh ceking, dan pengidap hemophobia. Bahkan, sebagai superhero, ia sama sekali tidak bisa bertarung dan selalu berusaha menghindari pertarungan.
Timmy tergeletak tak sadarkan diri. Tubuhnya yang kotor dipenuhi tanah dan sedikit dedaunan, terkapar penuh luka. Pakaiannya pun sobek di beberapa sisi. Seekor serigala yang sejak tadi mengejarnya, kini sudah berada tepat di depannya. Serigala tersebut kemudian menggigit tangan kanan Timmy hingga siku. Giginya yang kuat, mengoyak daging tangan Timmy. Darah pun bercucuran keluar. Serigala mengunyah tangan kanan Timmy yang sudah terputus.
Tiba-tiba seekor harimau datang mendekat. Serigala yang tengah menyantap tangan kanan Timmy, tampak takut dan berlari meninggalkan mangsanya. Mendengar suara bising, Timmy pun terbangun. Kepalanya begitu pening. Butuh waktu beberapa detik untuk matanya dapat melihat dengan baik. Sambil mengaum, harimau melangkah pelan mendekati Timmy. Terbelalak lah Timmy, menyadari keberadaan harimau di depannya.
Timmy melihat tangan kanannya, “Hah! Darah?!”. Ia tersentak bukan main, sebelum akhirnya bangkit dan berlari.
“Aaaaarrggh….!!! Daraaaaah!!!!” Timmy berlari kencang tak tentu arah. Harimau pun mengejarnya sambil mengaum keras.
“Toloooooonng….!!!” Tangan kiri Timmy memegangi tangan kanannya yang sudah buntung, bercucuran darah.
Timmy berlari cukup kencang. Harimau pun kehilangan arah, tak dilihatnya lagi mangsa yang sejak tadi ia buru. Hanya teriakan Timmy yang terdengar samar dan semakin lama semakin menghilang.
***
Timmy duduk bersandar pada batu besar. Napasnya masih tak teratur. Ia nampak lega melihat tangan kanannya yang sudah tumbuh kembali. Ia pun beristirahat sejenak mengumpulkan stamina dan menunggu luka-luka di tubuhnya sembuh.
Begitulah. Entah sejak kapan, dan bagaimana awalnya, Timmy tak mengerti mengapa seluruh bagian tubuhnya mampu beregenerasi. Itu juga lah alasan kenapa ia memilih baju pahlawan supernya berwarna merah, agar darah dapat menyaru dengan warna pakaiannya, meski tetap panik dan ketakutan, itu masih lebih baik daripada ia jatuh pingsan.
Timmy tak pernah merasa bangga dengan kemampuan uniknya itu. Ia bahkan malu bila kemampuan itu dilihat langsung oleh orang lain. Meski penakut dan tak pandai berkelahi, Timmy masih memiliki tekad dan keyakinan, itu lah yang membuatnya terus menjadi super hero hingga sekarang.
***
Timmy tertidur nyenyak dengan posisi bersandar di batu. Langit sudah berwarna keemasan, dan matahari terasa lebih redup dari sebelumnya.
Suara keras membangunkan Timmy seketika. Ia pun bergegas bangkit dari tidurnya. Timmy melangkah cepat menghampiri sumber suara. Dilihatnya sebuah mobil minivan yang menabrak pohon di pinggir jalan, dalam hutan. Timmy merasa senang karena akhirnya ia menemukan jalan raya. Namun sebelum itu, ia harus membantu pengendara mobil tersebut.
Bersamaan dengan Timmy, kawanan serigala juga datang mendekati mobil minivan tersebut. Timmy menahan takutnya dan berlari mendekati mobil. Dilihatnya dua bayi, serta kedua orangtuanya yang tak sadarkan diri. Kawanan serigala sudah mengelilingi mobil. Timmy berpikir keras untuk membebaskan orang-orang di dalam. Kedua bayi tersebut menangis, sedang orangtua mereka tidak juga sadarkan diri.
Timmy pun segera menerobos masuk ke dalam kaca mobil yang sudah pecah. Mencari sesuatu yang mungkin dapat menolongnya. Timmy berusaha menenangkan kedua bayi yang terus saja menangis, sambil membongkar barang bawaan di bagian belakang mobil, milik keluarga tersebut. Selain pakaian dan alat kemah, hanya ada banyak bahan makanan serta alat memasak. Selain itu, Timmy juga menemukan mainan bayi yang akhirnya membuat tangisan mereka berhenti.
Timmy melempar beberapa bahan makanan ke luar. Tak disangka, beberapa serigala terhenti untuk memakan sesuatu yang dilempar Timmy. Tanpa pikir panjang, Timmy membawa kantong tas berisi bahan makanan tersebut keluar dari mobil. Ia melempari roti, sayuran, daging, dan yang lainnya ke segala arah pada para serigala yang semakin mendekat. Sayangnya Timmy tak mampu melempar cukup jauh untuk membuat para serigala mundur. Ia juga tak bisa berlari memancing serigala ke tempat lain, karena para serigala sudah benar-benar banyak dan tak memberi ruang.
Hanya tersisa satu buah roti tawar, dan beberapa alat pemotong di dalam tas yang digenggamnya. Timmy berpikir keras. Seekor serigala berlari ke arahnya membuatnya terpaksa melemparkan makanan terakhir. Tak lama, seekor serigala lain juga melompat ke arahnya, namun terhenti karena Timmy mengarahkan sebilah pisau daging ke serigala tersebut.
Langit semakin redup. Keluarga di dalam mobil minivan belum sadarkan diri juga. Sendirian, Timmy melawan kawanan serigala yang sudah dekat mengitarinya. Ia hanya mengacungkan pisau daging itu dengan gemetar. Wajahnya berkeringat ketakutan. Di sisi mobil lain, para serigala sudah berusaha menerobos pintu. Timmy pun memanjat, menaiki bagian atas mobil untuk mengusirnya.
Kini ia benar-benar terpojok. Para serigala sudah menyentuh mobil, dan memaksa masuk ke mobil. Bahkan beberapa serigala juga berusaha memanjat mobil menjangkau Timmy.
Ia melihat pisau daging di tangannya. Cukup besar dan terlihat sangat tajam. Timmy terdiam sejenak. Ia berusaha meyakinkan dirinya.
Timmy terus berusaha mengendalikan tangannya yang gemetar. Dahinya berkerut. Kemudian ia menggigit leher bajunya.
“Arrghhhhh!!!!!”. Lalu sebuah telapak tangan terlempar ke arah para serigala.
Timmy berteriak. Ia menahan rasa sakit yang hebat, saat memotong tangannya sendiri yang kemudian ia lemparkan ke kawanan serigala.
Langit sudah gelap. Kawanan serigala yang mengelilingi mobil tampak sudah berkurang. Darah terlihat di mana-mana. Atap mobil pun kini hampir sepenuhnya berwarna merah. Timmy begitu kelelahan. Ia menahan rasa sakit dan rasa fobianya terhadap darah. Ia berusaha untuk tidak pingsan. Sebab kini ia tidak dapat berdiri, sebelum kedua kakinya tumbuh kembali.