Sebelumnya —> Seminggu Sebelum Kakak Gue Menikah.
Hmm…
Kakak ke-2 gue, di usianya yang ke-24, dia telah menikah tanggal 29 Mei lalu. Cukup meriah meski gak mewah. Cukup mewah meski rencananya gak mewah.
Seminggu setelah kakak gue menikah. Bokap bahagia. Nyokap terharu. Gue seneng karena berkat pernikahannya, dinding kamar gue kini punya warna baru. Langit-langit ruang tamu kami kini putih, seputih gaun pengantin di pernikahannya.
Seminggu setelah kakak gue menikah. Lemari pakaiannya kini kosong. Kamarnya kini jadi milik gue. Boneka beruangnya, gue ganti dengan boneka Sapi gue. Wallpaper bunga-bunga di seluruh kamarnya, gue ganti dengan wallpaper Snoopy.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-2213706275892599"
data-ad-slot="6141753282">
Seminggu setelah kakak gue menikah. Gue tertidur di ranjang kamarnya yang lapang. Selimut bergambar Spongebob miliknya yang lembut, gue ganti dengan selimut bergambar Mickey Mouse milik gue yang gak kalah lembut.
Seminggu setelah kakak gue menikah. Nyokap gak banyak bicara. Bokap semakin sering tertidur. Sedang gue hanya di kamar, atau pergi mencari tempat pulang yang lain.
Seminggu setelah kakak gue menikah. Gak ada lagi orang yang nonton sinetron sampe nangis. Atau menyimak program “Katakan Putus” dengan wajah serius.
Seminggu setelah kakak gue menikah. Televisi di kamar gue jarang menyala. Tukang bubur sumsum keliling sudah gak lagi mampir ke rumah pada setiap sore. Sisa-sisa sampah makanan gak lagi bersandar di sudut-sudut kamar.
Seminggu setelah kakak gue menikah. Beras yang nyokap tanak sudah berkurang. Lauk yang dihidangkan juga lebih sedikit. Dan sepanjang makan, gak terdengar suara wanita selain nyokap.
Seminggu setelah kakak gue menikah. Bokap gue yang lemah ini terbaring tenang di ranjangnya. Entah belum rela kehilangan putri terakhirnya di rumah, atau telah lega bisa mengantar putrinya ke penghulu.
Seminggu setelah kakak gue menikah. Bokap gue yang tegas ini gak lagi punya teman berdebat. Membicarakan masa lalu keluarga kami yang gelap, atau membahas aktor di televisi yang menurutnya gak berbakat.
Seminggu setelah kakak gue menikah. Bokap gue yang sulit berjalan ini, kehilangan penopang yang biasa membantunya berjalan dari sisi kanan. Sedang gue bertubuh kecil, sulit menopang tubuh bokap sendirian.
Seminggu setelah kakak gue menikah. Nyokap gue yang linglung ini semakin linglung karena kehilangan putrinya yang kadang juga linglung.
Seminggu setelah kakak gue menikah. Nyokap gue yang rentan ini, kehilangan teman bicaranya. Tempat mengadu di kala bokap sedang tak akrab. Atau tempat berlindung di kala rumah sedang tak ramah.
Seminggu setelah kakak gue menikah. Nyokap gue yang sakit ini, berjuang melawan sinusnya sendiri, tanpa putrinya yang biasa mengingatkan nyokap meminum obat, juga membasuh nanah yang keluar dari vlek di sisi hidung nyokap tanpa pamrih.
Seminggu setelah kakak gue menikah. Nyokap tertidur lebih larut. Terbaring lebih sering. Di temani boneka beruang di sisi bahunya, juga selimut bergambar Spongebob yang menutupi separuh tubuhnya.
Seminggu setelah kakak gue menikah. Gue hanya terus berdoa, lebih sering dari sebelumnya, lebih lama setiap harinya. Mudah-mudahan hidupnya, hidup keluarga kami, tetap selalu baik-baik saja.
Seminggu setelah kakak gue menikah. Rumah kami yang kecil ini terasa menjadi besar. Ruang-ruang di dalamnya yang sempit, menjadi begitu lengang, dan lengang membuat rumah kami jadi terasa luas, sedang luas membuatnya menjadi sunyi, bersamaan dengan itu, sunyi membuatnya terasa begitu kosong, dan kosong berbanding lurus dengan kesepian, maka rasanya kami seperti sendirian. Sedang gue, takut sendirian.
05 Juni 2016.
Di kamar, tiduran, tidak sambil menyabuti bulu ketek.
Comments: no replies